Albert Camus, seorang novelis yang ternyata menderita tuberkulosis.

Berikut beberapa fakta menarik tentang Albert Camus yang mungkin belum kamu ketahui:
Albert Camus adalah seorang novelis, esais, dan dramawan Prancis yang terkenal dengan karya-karyanya seperti The Stranger (1942), The Plague (1947), dan The Fall (1956) yang menggambarkan pandangan filosofisnya tentang absurditas, pemberontakan, dan kemanusiaan. 

Albert Camus lahir di Mondovi, Aljazair (sekarang Dréan) pada tahun 1913 dari keluarga keturunan Prancis. Ayahnya meninggal dalam Pertempuran Verdun pada tahun 1914, sedangkan ibunya adalah seorang wanita tuna rungu dan buta huruf. 

Albert Camus menunjukkan bakat akademik sejak kecil dan mendapatkan beasiswa untuk belajar filsafat di Universitas Aljir. Ia juga aktif dalam olahraga, terutama sepak bola, sampai ia didiagnosis menderita tuberkulosis pada usia 17 tahun. 

Albert Camus menikah dua kali. Istri pertamanya adalah Simone Hié, seorang pecandu morfin yang ia cerai pada tahun 1936. Istri keduanya adalah Francine Faure, seorang pianis dan matematikawan yang ia nikahi pada tahun 1940. Mereka memiliki anak kembar, Catherine dan Jean. 

Albert Camus terlibat dalam gerakan Perlawanan Prancis selama Perang Dunia II. Ia menjadi editor surat kabar bawah tanah Combat yang menentang pendudukan Nazi. Ia juga membantu menyelamatkan banyak orang Yahudi dari deportasi. 

Albert Camus menerima Hadiah Nobel Sastra pada tahun 1957 atas karya-karyanya yang "menerangi masalah-masalah yang menghantui hati nurani manusia pada zaman ini". Ia adalah penerima kedua termuda dalam sejarah. 

Albert Camus meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil pada tahun 1960 ketika ia sedang dalam perjalanan dari Provence ke Paris. Ia berada di dalam mobil bersama penerbitnya, Michel Gallimard, yang juga tewas. Di dalam saku mantelnya, ditemukan naskah novelnya yang belum selesai, The First Man. 

Albert Camus dianggap sebagai salah satu tokoh utama eksistensialisme, meskipun ia sendiri menolak label tersebut. Ia lebih memilih menyebut dirinya sebagai seorang humanis yang percaya pada martabat dan solidaritas manusia. 

Albert Camus terkenal dengan konsep absurdnya, yaitu ketidaksesuaian antara pencarian makna oleh manusia dengan ketiadaan makna di dunia. Ia mengilustrasikan absurditas ini dengan mitos Sisifus, seorang raja Yunani yang dihukum oleh dewa-dewa untuk mendorong sebuah batu besar ke atas bukit selamanya. 

Albert Camus juga mengembangkan ide pemberontakan sebagai respons terhadap absurditas. Ia berpendapat bahwa manusia harus memberontak melawan ketidakadilan dan penindasan di dunia tanpa mengorbankan nilai-nilai humanis. Ia mengkritik totalitarisme dan ideologi yang mengklaim memiliki kebenaran mutlak. 

Post a Comment

0 Comments